Karena nasehat berarti menginginkan kebaikan pada orang lain. Kita ingin saudara kita itu jadi baik ketika dinasehati, BUKAN ingin mereka direndahkan atau disalahkan. Inilah dasar nasehat.
Nasehatilah secara baik. Karena menasehati itu penting.
Dari Abu Ruqoyyah Tamim bin Aus Ad Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Agama adalah nasehat.”
Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin serta bagi umat Islam umumnya.”
(HR. Muslim no. 55).
Dihadits lain, beliau mengatakan :
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45).
Ingat, kita melakukan nasehat itu krn kita inginkan kebaikan bagi orang lain. Bukan malah ada sifat NYINYIR bin KETUS dibalik nasehat...
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin saat menerangkan, yaitu bagaimanakah cara menasehati sesama muslim, maka beliau katakan hal itu sudah dijelaskan dalam hadits Anas:
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin,
“Nasehat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti. Engkau bermuamalah (BERSIKAP BAIK) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka DIPERLAKUKAN seperti itu.”
(Syarh Riyadhis Sholihin, 2: 400).
Sebagaimana kata Al Khottobi rahimahullah,
“Nasehat adalah kalimat ungkapan yang bermakna memberikan kebaikan kepada yang dinasehati”
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 219)
Semoga Allah memberikan kita sifat saling mencintai sesama dengan saling menasehati dalam kebaikan dan takwa.
“Agama adalah nasehat.”
Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin serta bagi umat Islam umumnya.”
(HR. Muslim no. 55).
Dihadits lain, beliau mengatakan :
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45).
Ingat, kita melakukan nasehat itu krn kita inginkan kebaikan bagi orang lain. Bukan malah ada sifat NYINYIR bin KETUS dibalik nasehat...
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin saat menerangkan, yaitu bagaimanakah cara menasehati sesama muslim, maka beliau katakan hal itu sudah dijelaskan dalam hadits Anas:
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Kata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin,
“Nasehat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki apa yang kau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang lain pun bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika mereka disakiti. Engkau bermuamalah (BERSIKAP BAIK) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka DIPERLAKUKAN seperti itu.”
(Syarh Riyadhis Sholihin, 2: 400).
Sebagaimana kata Al Khottobi rahimahullah,
“Nasehat adalah kalimat ungkapan yang bermakna memberikan kebaikan kepada yang dinasehati”
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 219)
Semoga Allah memberikan kita sifat saling mencintai sesama dengan saling menasehati dalam kebaikan dan takwa.
Celaan dan Hinaan
Mencela.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالاَ فَعَلَى الْبَادِئِ مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُوْمُ
“Dua orang yang saling mencela maka dosanya ditanggung oleh yang pertama kali memulai. Selama orang yang terdzhalimi tidak melampaui batas...” (HR. Muslim: 2587)
Dicela
Kita tidak perlu membalas orang yang mencela kita, karena Nabi Muhammad SAW makhluk termulia ketika dicela juga tidak membalas. Dan itulah ajaran beliau.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيْكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيْهِ، فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
“Apabila ada seseorang mencaci dan mencela dengan apa yang terdapat padamu, maka janganlah engkau membalas cela dengan mengumbar aib dirinya. Karena dosanya akan ia tanggung...”
(Hasan, HR. Abu Dawud)
Manusia yang ikhlas maka dimatanya pujian dan celaan sama saja, yang penting adalah kedudukan disisi Allah.
Usahakanlah tidak keluar dari lisan kita kecuali sesuatu yang baik, menyejukkan dan mendatangkan ridho Allah.
Sangat bermanfaat.
ReplyDeleteKalau misal saya berbuat salah kemudian ada orang yg nyindir kesalahan saya, apa reaksi yg hrs saya lakukan?
ReplyDeleteKalau saya tidak salah terus di sindir, apa yang harus saya lakukan
DeleteKalau misal saya berbuat salah kemudian ada orang yg nyindir kesalahan saya, apa reaksi yg hrs saya lakukan?
ReplyDeleteHarus bisa intropeksi diri menjadi orang yg lebih baik dari yg menyindir dirimu, dan apabila yg menyindir lebih buruk darimu lebih baik sindir dia dengan perkataan yg membuat dirinya malu..
ReplyDeleteMaaf bila pndapat saya salah
mempermalukan sesama itu ga boleh mas. mending diemin aja, orang nyinyir akan berenti sendiri kali kalau bahannya udah abis😅
Delete