Ujian yang menimpa seorang mukmin terbagi menjadi 4 :
Pertama, ujian dalam bentuk melaksanakan perintah Allah. Contoh dalam
ujian jenis ini, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk
menyembelih, mengorbankan anaknya sendiri, Ismail as.
Perintah
ini sangat berat. Bagaimana seorang bapak diperintahkan untuk
menyembelih anaknya sendiri yang telah dinantikan puluhan tahun. Tetapi inilah perintah Allah untuk menguji bagaimana keimanan dan kepatuhan Ibrahim AS.
Pada saat melaksanakan perintah ini, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sama
sekali tidak mengetahui, bahwa nantinya perintah tersebut akan diganti
dengan seekor hewan. Yang jelas dengan keimanan yang sangat kuat,
mereka berdua melaksanakan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Dalam
menggambarkan mengenai ujian ini, Allah SWT berfirman,
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).
Kita semua juga mengalami ujian jenis ini, tetapi ujian yang kita
terima jauh lebih ringan. Sebagai gambaran dalam ujian jenis ini,
misalnya perintah untuk melaksanakan shalat jumat. Secara tegas Allah
berfirman, bahwa apabila dikumandangkan adzan, kita diperintahkan untuk
meninggalkan jual-beli dan apa saja untuk segera menjawab seruan itu
dengan mendatangi masjid.
Namun sering kali di saat adzan, justru
pembeli datang, ada tamu, ada telepon dan urusan yang membuat kita
terlambat datang ke masjid. Ini semua ujian mana yang kita dahulukan
panggilan Allah atau panggilan makhluk-Nya.
Kedua, yang akan
dihadapi oleh mereka yang telah mengikrarkan keimanannya adalah
meninggalkan larangan Allah SWT. Contoh ujian dalam bentuk ini, seperti
yang pernah menimpa Nabi Yusuf AS. Sekalipun mampu, dan ada kesempatan,
namun Nabi Yusuf mampu menyelamatkan diri dari godaan wanita yang
menghendaki perbuatan tercela.
Bagi kita yang hidup di akhir zaman
seperti saat ini, ujian jenis kedua ini sangat banyak dan menyebar luas
di seluruh lapisan masyarakat. Yang lebih berbahaya, fasilitas untuk
melakukan segala macam dosa juga tersedia, bahkan disediakan lokasi
khusus. Seperti perzinahan, khamar, judi dan lain-lain.
Ketiga
yang akan dihadapi oleh mereka yang beriman, yaitu ujian dalam berbagai
bentuk lewat tangan orang-orang kafir. Seluruh Rasul yang diutus Allah
mengalami cobaan ini, termasuk Nabi kita Muhammad SAW.
Di
masa-masa awal kenabiannya, Rasulullah SAW dan ummatnya mengalami
penindasan, siksaan bahkan pembunuhan yang semua ini merupakan ujian
bagi keimanan mereka.
Ammar bin Yasir, seorang sahabat Rasulullah
SAW. Karena mempertahankan keimanannya, ibu beliau yang bernama Sumayyah
di siksa dan dibunuh oleh kaum kafir Qurasiy, begitu juga dengan ayah
beliau Yasir.
Bani Hasyim, karena keimanan dan melindungi
Rasulullah SAW, mereka diuji dengan pemboikotan yang dilakukan oleh kaum
kafir Qurasiy hingga hampir 3 tahun lamanya. Mereka di larang
berjual-beli, melakukan pernikahan dan keluar dari kepungan orang-orang
kafir. Mereka mengalami kesengsaraan, bahwa diriwayatkan, sampai-sampai
mereka memakan daun-daunan karena tak ada lagi sisa makanan yang bisa di
makan.
Keempat : Ujian dalam berbagai bentuk, yang biasa
kita dikenal dalam bahasa Indonesia dengan kata musibah. Seperti,
sakit, kekurangan harta, kematian dan lain-lain. Sekalipun semua itu
bisa jadi karena kesalahan dan dosa kita sendiri, namun bila telah
datang, itulah ujian yang tak dapat dielakkan lagi.
Allah SWT dalam Al-Quran mengingatkan,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ
الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (Q. S. 2; 155)
No comments:
Post a Comment