Tanaman bisa mengalami stress seperti juga makhluk hidup
lainnya. Serangan hama, perubahan iklim atau juga meningkatnya
pancaran sinar ultra violet akibat membesarnya lubang ozon
membuat tanaman stress. tanaman pun bisa stres
jika salah perawatan. Stres pada tanaman ini juga dipicu akibat
kekurangan maupun kelebihan air, serangan bakteri atau virus maupun
cuaca ektrim. “Bahkan akibat proses pengangkutan jarak jauh bisa
menimbulkan stres pada tanaman.
Pada saat stress tanaman mengeluarkan
zat kimia tertentu, sebagai sistem pertahanan tubuh untuk dapat
bertahan hidup. Sinyal stress pada sebuah tanaman, dapat
dikenali oleh tanaman lainnya, untuk juga segera mengembangkan
pertahanan tubuhnya. Sejak abad pertama ilmuwan Romawi Plinius
sudah mengamati fenomena alam tsb. Dilaporkan, tanaman di
sekitar naungan kerindangan daun pohon kenari, seringkali mati
atau tidak bisa berkembang biak. Diduga penyebabnya adalah
rebutan kesempatan hidup sesama tanaman. Para ahli botani
modern menyebut fenomena itu sebagai Allelopathie. Dengan
mengeluarkan unsur-unsur kimia tertentu, tanaman dapat saling
menghambat atau mendorong pertumbuhan tanaman lainnya. Selain
itu tanaman akan memproduksi antibiotika, untuk memerangi
bakteri atau jamur yang menyerangnya. Jika tanaman lain berada
di bayangan angin tanaman yang mengeluarkan sinyal stress tsb,
dengan segera tanaman bersangkutan juga ikut bereaksi.
Juga
sejak lama diketahui, tanaman mengeluarkan unsur-unsur kimia
tertentu, untuk menarik serangga tertentu agar melakukan
pembuahan. Jadi secara cerdik, tanaman mengeluarkan
sinyal-sinyal yang berbeda, untuk mengusir atau menarik makhluk
hidup lainnya. Dewasa ini diketahui tanaman dan atmosfir secara
ajeg melakukan pertukaran unsur. Keduanya saling mempengaruhi
dalam proses yang amat rumit. Pada proses fotosintesa misalnya,
tanaman menyerap gas rumah kaca karbon dioksida dan melepaskan
oksigen serta unsur-unsur lainnya. Seluruh tanaman di muka
Bumi, dewasa ini ditaksir mampu menyerap 200 sampai 300 milyar
ton karbon-dioksida dari udara. Namun aktifitas manusia dalam
beberapa abad terakhir ini, mengubah keseimbangan pertukaran
unsur dari tanaman ke udara dan sebaliknya. Tanaman semakin
sering mengeluarkan sinyal stress, yang menunjukan adanya
gangguan keseimbangan ekosystem. Misalnya, kini semakin sering
terbentuk apa yang disebut summersmog, yakni lapisan ozon di
bawah permukaan, akibat gas buang kendaraan bermotor yang
bereaksi dengan oksigen yang diproduksi tanaman. Terjadilah
reaksi berantai yang semakin merugikan tanaman, karena tanaman
mengalami stress berlebihan. Sebagai reaksinya tanaman
mengeluarkan unsur kimia yang berfungsi menguraikan ozon.
Namun
bukan hanya ozon di bawah permukaan, akan tetapi juga lapisan
ozon di atmosfir ikut terurai. Setiap tahunnya diperkirakan
sampai 800 juta ton lapisan ozon terurai akibat reaksi berantai
ini.
Dampak selanjutnya terjadi reaksi yang lebih rumit, yang
diduga mengakibatkan pemusnahan hutan secara alami, serta
perubahan iklim global. Para ahli biologi dan kimia atmosfir di
pusat penelitian ilmiah Jülich di Jerman, sejak tahun 1986
melakukan penelitian bersama, untuk mengetahui secara persis
bagaimana proses pertukaran gas dan unsur kimia dari tanaman ke
atmosfir dan sebaliknya. Terutama hendak diketahui dampak dari
emisi gas Nitrogen Oksida yang berasal dari mesin mobil,
terhadap tanaman. Diketahui daun tanaman menyerap hampir
seluruh gas Nitrogen Oksida. Yang juga menjadi fokus perhatian
para ahli adalah apa yang disebut unsur-unsur organik yang
mudah menguap. Unsur organik inilah yang memberikan bau atau
aroma khas pada tanaman. Pada kondisi normal, tanaman
mengeluarkan sampai 50 jenis unsur organik yang mudah menguap
ini. Pada saat stress, jumlah unsur organik yang dilepaskan
dapat mencapi 400 jenis, tergantung dari jenis stressornya.
Sejumlah unsur organik yang mudah menguap ini, diketahui memicu
bahkan memperkuat terbentuknya lapisan ozon baik di atmosfir
maupun di bawah permukaan.
Para ahli menyebutkan, siklus,
komposisi maupun senyawa antar unsur amatlah rumit. Pada
komposisi unsur Nitrogen, unsur organik dan intensitas sinar
matahari tertentu, terbentuk lapisan ozon di atmosfir. Akan
tetapi jika komposisinya berubah, misalnya jika intensitas
sinar matahari menguat, lapisan ozon di atmosfir dapat terurai,
sebaliknya terbentuk lapisan ozon di bawah permukaan.
Penelitian mengenai sinyal-sinyal stress pada tanaman serta
reaksinya berupa emisi unsur organik tertentu, memang belum
menemukan gambaran yang sempurna. Akan tetapi sudah diketahui
adanya kaitan timbal-balik antara tanaman dan atmosfir, yang
amat menentukan muncul dan musnahnya kehidupan di muka Bumi.
Termasuk keberadaan umat manusia. Pertukaran unsur antara
atmosfir dan tanaman, adalah ekosistem besar yang menentukan
kehidupan di Bumi. Dewasa ini masih terus diteliti, seberapa
besar dampak global dari aktivitas manusia, terhadap
keseimbangan siklus pertukaran unsur tersebut.
|
|
|