Cinta Dalam ISLAM
Cinta
tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau
mempersilakan. Ia adalah keberanian atau pengorbanan (Salim A Fillah). cinta dalam perspektif keberanian atau mempersilahkan orang lain. Cinta tidak pernah meminta untuk menanti apalagi memaksa.
Jangan habiskan waktumu hanya menjadi pengagum cinta tanpa suatu
keberaniaan karena engkau sebenarnya hanya berkhayal. Keberaniaan cinta
bukan hanya pada lelaki tetapi wanita juga. Tentu keberaniaan Khadijah
meminta Muhammad Bin Abdullah menjadi suaminya adalah teladan bagi kita.
Bahwa wanita juga boleh memberanikan diri. Dan sebagai seorang
laki-laki tentu kita tidak boleh memandang sipit seakan tak pantas
dilakukan oleh seorang wanita. Tidak.
Cinta adalah Mempersilahkan bukan memaksakan
Cinta adalah mempersilahkan bukan memaksakan. Setelah Abu Bakar
mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan
perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islam membuat kaum muslimin
berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan
berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al
Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga
datang melamar Fathimah. Dan pada akhirnya lamaran terakhir Ali lah yang
disambut dengan Ahlan Wa Sahlan; Selamat datang! Dari cerita di atas
kita bisa mengambil hikmah dari sahabat-sahabat Rasul yang begitu berani
tetapi mereka juga begitu ikhlas melakukanya. Maka ketika niat baik
mereka; lamaran mereka tertolak. Mereka mempersilahkan yang lainya untuk
menjemputnya. Tak ada yang memaksakan perasaanya terhadap orang yang
dicintainya. Bisa jadi itu (memaksakan) bukanlah sebuah cinta tetapi
nafsu dalam diri. Maka jika kita mencintai maka beranikan diri
menjemputnya akan tetapi ketika tertolak itu artinya mempersilahkan yang
lainya. Itulah Cinta kau berani atau mempersilahkan yang lainya.
Cinta adalah sebuah keyakinan
Cinta adalah sebuah keyakinan. Dalam kegamangan hati kau tetap yakin.
Dalam kebimbangan hati kau tetap yakin. Pun dalam kesakaun kau tetap
yakin. Karena cinta bukan sekedar keberaniaan tetapi ia adalah
keyakinan. Ia berani karena yakin. Seperti Fatimah yang sangat yakin
orang yang ia cintai akan datang menjemputnya. Padahal dua sahabat Rosul
terbaik telah memberanikan diri untuk menjemputnya, berlomba-lomba
mendapatkan akad itu. Namun lihatlah seorang Fatimah dia yakin orang
yang ia cintai dalam diam akan datang menjemputnya. Hingga setelah
menikah ia berkata pada suaminya yang tercinta: “hai kekasihku tahukah
kau? Sebelum ku menikah, ada seorang pemuda yang aku cintai” ucap
Fatimah kepada suaminya; Ali Bin Abi Thalib. Yang ditanyapun penasaran
dan penuh tanda Tanya. “Siapakah lelaki itu ya Fatimah” jawab Ali penuh
tanda Tanya “laki-laki itu adalah kau” jawab Fatimah dengan penuh cinta.
Begitulah Cinta ia memiliki nilai keyakinan. nilai keyakinan ini tentu
juga beraslal dari suatu kecenderungan perasaan yang dimiliki oleh
seseorang melalui istikharoh cinta kepada-Nya. Tentu kita ingat salah
satu hadist berikut ini
“APABILA datang laki-laki (untuk
meminang) yang kamu ridhoi agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah dia,
dan bila tidak kamu lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan
kerusakan yang meluas.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Tetapi apa
yang terjadi dengan Fatimah dengan sahabat-sahabat Rosul yang telah
melamarnya? Semua laki-laki yang melamar Fatimah adalah orang-orang
pilihan terbaik saat itu. Sahabat-sahabat yang tak diragukan lagi agama
dan akhlaknya. Maka seorang akhwat atau wanita boleh-boleh saja menolak
laki-laki yang datang melamarnya walaupun agamanya baik. Tentu Cinta
tetaplah cinta. Di dalamnya ada perasaan kecenderungan hati. Di dalamnya
ada kekaguman hati. Maka jika Fatimah lebih mencenderungkan hatinya
kepada Ali. Itulah cinta; tak ada rumus yang pasti. Maka jika kita
seorang laki-laki tertolak lamaranya, janganlah berkecil hati dan jangan
pula mencaci wanita yang telah menolak kita karena kita merasa telah
baik agamanya. Karena kita merasa telah memiliki segalanya.
Cinta adalah keikhlsanan
Seringkali seorang yang cintanya tertolak mudah sekali untuk kecewa. Ia
kecewa karena segala ikhtiar dan doanya selama ini tidak terjawab oleh
Allah. Bahwa apa yang ia inginkan benar-benar tak terwujud. Janganlah
tergesa-gesa kecewa karena pilihan Allah pasti yang terbaik.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqoroh; 216)
Sesungguhnya Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk diri kita.
Hingga kekasih sebagai pasangan hidup pun Allah yang lebih mengetahui.
Kadang teramat banyak pemuda yang terlalu yakin kemudian dia kecewa
karena yang ia yakini ternyata tak seperti yang diharapkan. Maka
sesungguhnya hanya keikhlasan sebagai jalan untuk menenangkan jiwa dari
segala liku-liku cinta di dunia. Ada satu doa sebagi penguat keikhlasan
kita dalam mencintai seseorang dengan penuh keihkhlasan. Doa yang
diucapkan Rosulullah kepada Rabb-Nya. Sebuah doa yang patut kita
teladani;
“Ya Allah, berilah aku rezeki cinta Mu dan cinta
orang yang bermanfaat buat ku cintanya di sisi Mu. Ya Allah segala yang
Engkau rezekikan untukku di antara yang aku cintai, jadikanlah itu
sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa
yang Engkau singkirkan di antara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu
kebebasan untuku dalam segala hal yang Engkau cintai." (HR. Al-Tirmidi)
Dalam doa tersebut mengisyaratkan manakala kita mencintai sesuatu maka
jadikan itu sebagai kekuatan agar bisa mendapatakan apa yang Allah
cintai dan jika Allah menyingkirkan apa yang kita cintai maka jadikan
itu sebagai kebebasan untuk senantiasa mencintai apa yang Allah cintai.
Bukan karena mencintaimu aku menjadi merana.
Bukan pula karena
mengagumimu aku menjadi menderita. Tetapi saat ku artikan cinta adalah
kebersamaan denganmu, itulah penderitaan cinta yang sesungguhnya. karena
cinta adalah keberaniaan atau mempersilahkan. Ia bukanlah rangkaian
kata kerja pemaksaan. Yaitu Pemaksaan kebersamaan denganmu.
Barakallahufiikum, semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment